Langsung ke konten utama

Semoga Terus Begitu

Begitu terasa kesunyian setelah biasanya tawa Anggi yang kerap mengganggu kedamaian telinga saya, kini perlahan menghilang seiring jatuhnya hujan di basecamp kami. 

Anggi memang bisa dikatakan sebagai anak yang slenge'an (red: istilah jawa untuk menyebut orang gokil dan ceroboh) dalam segala hal, bahkan dia tak sungkan untuk menertawakan foto jadul saya dan Hilmy. Meskipun Hilmy sempat salut akan keberaniannya, saya tetap tidak mentolerir hal itu. Hingga pada suatu malam, akhirnya sayapun diberikan kesempatan untuk menghancurkannya. 

Saya yang diberikan kesempatan oleh Mbak L akhirnya menghancurkan "ke-fanatikan-nya" terhadap artis-artis Kpop BPJS. Ituloh, boyband yang kerap muncul di iklan tokopedia dulu. 

Anggi yang pada malam itu menangis sampai tersedu-sedu menceritakan segalanya kepada saya itu membuat saya merasa sedikit gembira. Alih-alih merasa iba, saya malah tertawa kecil karena dia menangis ketika saya ceritakan mengapa saya menyukai lagu Lil Peep - the Brightside. 

Ternyata, didalam dirinya yang slenge'an, terdapat jiwa kesepian yang membuat dirinya banting stir menjadi pengagum BPJS. 

Meskipun pada akhirnya dia harus mengungkapkan jika dia membenci saya, namun saya tak peduli! sekarang yang penting adalah dia menjadi lebih waras dan tak jadi penyembah plastik glowing lagi. Semoga terus begitu. 

Saya lanjut pada orang ruet berikutnya yang bernama Viola, perempuan asal Jombang yang bercita-cita menjadi agen rahasia dan motivator ini sempat membuat jengkel banyak orang, termasuk angkatannya. Pasalnya, ketika dia ditanya akan sesuatu hal, dia selalu menjawab "rahasia dan tergantung pribadi masing-masing", tentu seketika diskusi langsung mati. 

Sering kami katakan padanya jika boleh saja menambahkan perspektif pribadi dalam diskusi, namun tak seperti itu. Dia sebenarnya memiliki pengetahuan yang cukup luas namun tertutup oleh ke-resek-annya. Viola yang kini menjelma bagaikan Joker yang selalu tertawa dan histeris saat ditanya perihal pendapatnya kini bisa dibilang menjadi sedikit waras untuk tidak mengeluarkan quotesnya itu. Semoga terus begitu. 

Lain Viola, lain juga Cindy, anak yang dijuluki crazy rich Kamal ini membuat saya teringat dengan keponakan saya yang baru berusia 10 bulan. Bagaimana tidak, pipi nyempluk dan tubuh mungilnya yang mirip dedek-dedek emesh daripada seorang mahasiswa ini memiliki wajah yang mirip dengan keponakan saya. Akan tetapi, tubuh mungilnya ini menyimpan sejuta kelebihan yang mungkin tak dimiliki oleh banyak orang, pasalnya dia adalah salah satu dari siswa kelas akselerasi yang kental akan budaya persaingan. 

Saya sempat khawatir dengan Cindy, takut jika dia tak bisa berbaur dengan angkatannya yang bisa dibilang adalah tipikal "mahasiswa santuy". Tapi saya salah, ternyata meskipun dia adalah salah satu jebolan dari kelas akselerasi, dia tidak individualis, akan tetapi dia memiliki jiwa sosial yang tinggi. 

Cindy memang sedikit berbeda dengan anak akselerasi kebanyakan yang suka tebar pesona dan percaya diri. Trauma massa lalu dan faktor usia mungkin membuatnya menjadi sedikit minder dengan teman se-angkatannya. Walaupun lambat laun jiwa ngeyel khas naks akselerasinya sudah mulai keluar saat diskusi, saya berharap dia tak merasa "paling" dari angkatannya dan semoga terus begitu. 

Sial sekali ketika saya harus berurusan dengan salah satu anak yang tinggal di kota kemunculan Dajjal ini. Sebut saja namanya Weinona. Selayang pandang, orang-orang akan mengira jika dia adalah wanita tomboy dengan celana jeans kebanggan, motor herex, dan pecinta musik dangdut. Namun sebenarnya tidak! Wei, - begitu saya memanggilnya - adalah tipikal wanita yang tidak suka jika dipandang demikian. Pernah pada suatu malam, saat dia cemberut (khas Amel) hanya karena saya bertanya pada Wei apakah dia pernah menghadiri acara Suryanation. Dari situ saya kemudian bisa melihat jika ternyata Wei adalah sosok yang rapuh didalam, namun mencoba menutupinya dengan terlihat garang, tomboy, dan sangar. Tapi itu semua tidaklah menjadi masalah, karena tidak semua orang bisa memahami kerapuhan kita, maka seyogyanya kita tidak menampakkan kerapuhan tersebut. Semoga terus begitu. 

Jika kita tadi sudah membahas tentang ke-sangarannya Weinona, maka sudah sepatutnya saya harus membahas tentang Adit, cowok Kamal yang memiliki wajah paling tampan dan rupawan diantara teman angkatannya. Yah, itu semua dikarenakan dirinya adalah satu-satunya lelaki yang ada di sesrawungannya

Dengan ciri khas minoritas, Adit selalu mengalah ketika semua teman wanita memojokkan dirinya. Dia hanya memberikan perlawanan-perlawanan yang tak berarti karena alasan jumlah. 

Meski sering dibully  dan dijadikan bahan kalah-kalahan oleh angkatannya, dia tetap sabar dan mengayomi angkatannya dengan baik. Hal yang masih terngiang saat teman wanitanya mengatakan jika Adit adalah sosok yang sabar, rajin, dan rela berkorban (masak, mencuci piring, dan jadi bahan bullyan). 

Anak yang memiliki masalah dengan orang rumahnya - sama seperti Wei - memang agak unik, dia tak pernah menumpahkan ke-sumpek-an masalah rumahnya ke teman-temannya. Senyum khas Aidit, eh Adit maksud saya, inilah yang membuat hati saya akhirnya memberikan kuncir kesayangan saya kepada dia. Semoga tidak dihilangkan, dan juga terus begitu.

Yeah, akhirnya sampai pada seorang yang perfeksionis layaknya sang Idola Lord Pambud Al-Mukarom a.k.a Wahyu. Orang yang saya maksud adalah Retno, sejak awal dia masuk dan mengikuti diklat Surabaya, dia sudah menaruh perhatian pada teman seperjuangan saya itu. 

Saya juga heran kenapa Retno mengidolakan orang yang bisa ngaceng di masjid setiap saat ini. Terlepas daripada itu, akhirnya ketertarikannya pada Wahyu harus dihancurkannya sendiri dengan alasan yang sama seperti Anggi. Entah sekarang dia mengagumi dalam diam atau bagaimana, tapi idealismenya yang menggebu-gebu (layaknya Pamb pada zaman maba dulu) belum sempat dihancurkan. Saya berharap dia tak menunggu orang lain apalagi kenyataan yang menyadarkannya. Cepat sembuh ya dik.

Meski begitu, menurut saya Retno adalah simbol feminis yang kokoh seperti angkatan saya yang sudah menghilang (red: Taki) semoga terus begitu. 

.

.

.

.

.

.

.

.

Saya sengaja untuk diam sejenak agar bisa menggambarkan bagaimana suasana yang seharusnya tercipta jika seorang pendiam datang. Yah, Iis atau saya lebih suka menyebutnya Homis adalah wanita dengan logat Madura kentalnya dan lebih banyak diam ketika bersama saya. 

Tapi siapa sangka, kesaksian teman-temannya yang mengatakan jika sebenarnya Homis bukanlah anak yang pendiam, bahkan saya kaget karena Cindy menyebut jika dirinya tidak menyukai Homis karena resek. Homis yang kerap mendengarkan lagu Kpop setelah dirinya selesai menuntaskan tugasnya. Tentu temannya yang belum selesai menjadi jengkel karena jadi tidak fokus. 

Dibalik sifatnya yang menjengkelkan dan diam yang bohong itu, dia menyimpan luka massa lalu yang membuat angkatannya terpaksa belajar teori psikologi Iner Child milik Breadshaw. Meskipun saya pada akhirnya tidak menagih tugas itu, saya harap dengan teman seangkatannya memahami teori itu, bisa memahami semua angkatannya yang mengalami apa yang ada dalam teori itu, khususnya Homis yang menjadi melankolis jika menceritakan perihal kekerasan dalam rumah tangga dan orang tua. Semoga dia tetap lembut, baik, tidak menjengkelkan dan terus begitu. 

Jika membahas tentang betapa menjengkelkannya Homis, tak lengkap rasanya jika tidak membahas Dina. Anak yang kerap saya panggil dengan nama yang salah ini memang cukup menjengkelkan, bahkan menurut saya pribadi. Bagaimana tidak, nada medok khas Mojokerto yang menghiasi setiap percakapannya dan kegemarannya mengajak ngobrol ketika temannya masih membaca ini cukup membuat angkatannya jengkel. Belum lagi hobinya yang menyerukan kata "Jinja!" terkadang membuat Weinona tersulut emosinya. 

Terlepas dari itu, dia memiliki kelebihan dimana dia mampu membaca dengan cepat dan bisa menangkap sekitar 68% isi dan kandungan buku yang dibaca. Semoga hal ini tak membuat dirinya meninggi dan terlena sehingga tak mau belajar lagi.

Hari ini mereka sudah menyelesaikan serangkaian agenda pertapaannya dan ditutup dengan haha hihi yang membumbung tinggi kemudian lenyap diperkiraan pukul sebelas tadi. Melepaskan segala lara atas kehilangannya Intan, yang bahkan mungkin belum mereka rasakan sama sekali saat ini. 

Derap langkah mereka yang perlahan menghilang menandai akhir dari sebuah awalan yang akan mereka tempuh. 

Besar harap saya, dengan semua kejadian yang ada, mereka bisa menjadi lebih dewasa dalam menyikapi dunia. Semoga terus begitu adik-adik. 





- Timur Kampus UTM


Komentar