Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

T E R C U L Y C K !

Merdeka! Tak terasa, tepat pada hari ini telah 75 tahun indonesia merdeka. Meskipun saya menolak statemen Indonesia merdeka pada tahun 1945 karena setelah proklamasi Belanda masih menyerang kembali. tetapi sebagai warga +62 yang baik, tentu saja saya mengikuti jumhur rakyat +62 bahwa 17 Agustus 1945 adalah kemerdekaan Indonesia, MERDEKA! Berbicara tentang proklamasi 17 Agustus, ada peristiwa yang mungkin kita ingat sebagai penculikan sang proklamator dan wakilnya. Ya, kita mengingatnya dengan peristiwa Rengasdengklok. Ketika masih duduk dibangku sekolah dasar pastinya kita bakal disuguhkan materi ini di pelajarn ppkn/pkn , namun kali ini saya akan membahas ulang tentang peristiwa tersebut, langsung saja.  Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.  Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.

Bangsa Berilmu Yang Buta Huruf

Coba perhatikan apa yang menarik dari koin Indonesia 25 sen tahun 1952 yang saya temukan di lemari ini? Bagi saya, koin ini menyibak banyak hal dari masa lalu. Selain karena ukuran dan materialnya sangat mirip dengan koin Rp500 "bunga melati" tahun 2003, yang paling menarik dari koin ini adalah penggunaan aksara Arab pada koin Indonesia. Ternyata Indonesia pernah mencetak koin dengan tulisan Arab, yakni 1 sen (1952),  5 sen (1951—1954), 10 sen (1951—1954), dan 25 sen (1952). Setelah itu aksara Arab dalam mata uang Indonesia lenyap dan digantikan seluruhnya dengan huruf latin. "Mengapa Indonesia menggunakan aksara Arab?" si penjual koin malah bertanya ke saya. "Hmmm... mungkin karena sebagian besar rakyat Indonesia saat itu lebih familiar dengan tulisan Arab," jawab saya sekenanya, tapi malah jawaban itu balik menyerang saya dengan lebih banyak pertanyaan dalam kepala. Sejak lama kita selalu dijejali data bahwa pada masa awal kemerdekaan, tingka

Menengok Etnosentrisme Dalam Kaca Mata Pencak Silat

Sebelumnya silahkan baca part 1 nya Ditulis oleh Ahmad Wahyu Mubarok  klik disini Tulisan saya kali ini akan sedikit berbeda, karena pada kesempatan kali ini saya akan menggandeng blog dan tulisan rekan seperjuangan saya yaitu Ahmad Wahyu Mubarok. Yah, sekilas gambaran mengenai kawan saya yang satu ini, dia adalah seorang yang sangat idealis dan tergila gila akan dunia kontra atau oposisi dengan hal-hal mainstream, hingga suatu saat idealismenya luntur bahkan hancur oleh beberapa alasan. Jongor! :) Oke balik lagi, bebebrapa hari kemarin, kawan saya yang biasa dipanggil Wahyu a.k.a Pambudi ini menulis sebuah opini mengenai pencak silat, ya! Hal yang selalu diagung agungkan oleh beberapa anak muda di pedesaan maupun perkotaan. Pambudi kemarin telah menunjukan sisi gelap dan borok dari dunia pertarungan seni bela diri pencak silat Indonesia. Mulai dari premanisme, petarung jalanan, suara yang termarjinalkan dan hal-hal lain.  Tentu saja, Pambudi sudah memaparkan secara gamblan

Muslim : My Trip My Adventure

Ibnu Batutah yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah adalah seorang cendekiawan Maroko yang pernah berkelana ke berbagai pelosok dunia pada Abad Pertengahan. Ibnu Batutah ini lahir di Tangier, Maroko pada tanggal 25 Februari 1304. Ibnu Batutah seorang keturunan Afrika Utara Timur Lembah Nil, beliau terlahir dari putra keluarga Ulama Fikih yang cukup terkenal, di zamannya Bani Marin. Al kisah perjalanannya Ibnu Batutah itu diawali pada bulan Juni 1325, saat berusia dua puluh tahun. Beliau berangkat meninggalkan kampung halaman menuju Mekah, untuk berziarah sekaligus berhaji. Ibnu Batutah berangkat berhaji tanpa ditemani oleh Kafilah – Kafilahnya, beliau menempuh perjalanannya dengan menaiki unta selama 16 bulan perjalanan. Ibnu Batutah ke Mekah melalui jalan darat, menyusuri kawasan pesisir Afrika. Di dalam perjalanannya ia melewati Kota Tlemcen, Kota Bijayah, dan kemudian singgah selama dua bulan di Tunis. Demi keamanan dan ken

Muslim : Tabib Panutan

Diantara teman – teman yang kuliah di kedokteran? Atau cita – citanya mau kuliah di kedokteran, semoga diterima ya aamiin. Memang menjadi seorang dokter atau orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan memang seolah identik dengan orang cerdas, bersih, mapan, dan pastinya rupawan. Tapi, dunia kesehatan atau kali ini kita sebut dengan kedokteran ternyata tidak hanya berkutat pada ke glamouran luarnya saja, karena ada peran kemanusiaan, dan usaha yang cukup keras dibalik itu semua. Apalagi di massa pandemi seperti sekarang ini, yang berada di garda terdepan dalam menjaga NKRI bukan lagi TNI dan Polri, melainkan dokter. Tapi dalam segi kesehatan tentunya ya, hehe Berbicara tentang kedokteran pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Ibnu Sina atau orang barat biasa "Avicenna" lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsana, sebuah desa di dekat Kota Bukhara (sekarang disebut Uzbekistan). Ayahnya Ibnu Sina bernama Abdullah, yang bekerja sebagai pegawai petinggi pa

Muslim : Sang Pemula

Pada zaman modern seperti sekarang ini, tidak mungkin rasanya jika kita tidak mengenal komputer, whatsapp,facebook,blackberry mesenger (BBM), telegram, tweeter, dan media sosial lainnya. Dan tentu saja kita adalah salah satu pengguna dari platform-platform tersebut.  Namun, pernahkan anda sempat berpikir, siapa yang memiliki konsep atau ide awal untul menciptakan sosial media (sosmed) seperti sekarang ini, hingga bos facebook Mark Zuckerberg pun, dapat meraup keuntungan jutaan rupiah perdetiknya dari perusahaan facebook miliknya tersebut. Tentu sangat luar biasa bukan? Orang-orang yang berkecimpung di bisnis software memang kebanyakan memiliki penghasilan jutaan rupiah permenit hingga perdetiknya, karena selama platform atau software mereka diunduh dan digunakan, selama itu juga mereka mendapatkan uang, meskipun sambil rebahan.  Saat membahas platform dari software-software ternama pasti yang terbesit dibenak kita adalah Bill Gates, Mark Zuckerberg, atau bahkan menteri pend

Muslim: Abbas si Manusia Burung.

Dalam dunia penerbangan dunia, pastilah nama Wright bersaudaraah yang pertama kita ketahui tentang penemu pesawat pertama di dunia. Tetapi, hal tersebut tidaklah seratus persen benar. Karena yang menemukan prototipenya pertama kali, adalah dari kalangan muslim yang bernama Abbas Ibnu Firnas.  Jauh sebelum Wright Bersaudara menciptakan pesawat terbang yang telah disempurnakan, ada seorang ilmuan dari Andalusia, Spanyol. Beliau bernama Abbas Ibn Firnas, beliau lah yang merancang prototype pertama pesawat terbang. Beliau lahir tahun 810 M, dari keturunan bangsa berber yaitu keturunan Afrika asli. Waktu itu seorang Armen Firman pernah menggelar sebuah pertunjukan yang penggunakan pesawat dari kayu sederhana yang kemudian diterjunkan bersama dirinya dari puncak menara masjid agung di Qurtuba. Nah dari situ Abbas Ibn Firnas penasaran dan ingin mempelajarinya lebih mendalam. Setelah 33 tahun lamanya mendalami Ilmu Aerodinamika, tepatnya pada tahun 875 Abbas mulai menggarap prototy