Kepalan tangan itu tiba-tiba mendarat di pelipis kananku dan membuatku jatuh tersungkur. Disusul dengan tendangan yang mengenai dahiku, hingga kepalaku bergeser dari tempatku tersungkur. "Sialan, pada kondisi ini aku tidak mungkin menang," gumamku, sambil meringkukkan tangan, kaki, dan badanku. Entah berapa banyak kaki yang menendang pinggang, kepala, tangan, dan kakiku kini. Mereka adalah segerombol banci yang masih suka main keroyokan untuk menutupi ketidakmampuannya berkelahi. Dalam gusar amarahku, tendangan itu berhenti. "Tunggu... Tunggu... Biarkan dia berdiri!" Ucap Alex sambil menahan teman-temannya. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba bangkit. Lenganku gemetar karena menahan sakit, sesekali ambruk dan mencoba berdiri kembali. Darah menetes dari hidung dan bibirku. Kemudian aku berhasil berdiri dan memasang kuda-kuda dengan kaki gemetar. Belum sempat aku menengok wajah mereka, tendangan lurus tepat menghantam rahangku. Aku kembali tersungkur. Secepa
Tetap Bebas dan Harus Merdeka! 📸🇮🇩