Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

Lelaki! : eps 1

Kepalan tangan itu tiba-tiba mendarat di pelipis kananku dan membuatku jatuh tersungkur. Disusul dengan tendangan yang mengenai dahiku, hingga kepalaku bergeser dari tempatku tersungkur. "Sialan, pada kondisi ini aku tidak mungkin menang," gumamku, sambil meringkukkan tangan, kaki, dan badanku. Entah berapa banyak kaki yang menendang pinggang, kepala, tangan, dan kakiku kini. Mereka adalah segerombol banci yang masih suka main keroyokan untuk menutupi ketidakmampuannya berkelahi. Dalam gusar amarahku, tendangan itu berhenti. "Tunggu... Tunggu... Biarkan dia berdiri!" Ucap Alex sambil menahan teman-temannya. Dengan sekuat tenaga, aku mencoba bangkit. Lenganku gemetar karena menahan sakit, sesekali ambruk dan mencoba berdiri kembali. Darah menetes dari hidung dan bibirku. Kemudian aku berhasil berdiri dan memasang kuda-kuda dengan kaki gemetar. Belum sempat aku menengok wajah mereka, tendangan lurus tepat menghantam rahangku. Aku kembali tersungkur. Secepa

Sang Arjuna : Ontobugo 1

Aku sudah lama tidak mendaki gunung, apalagi jika dihadapkan pada ketinggian 3000 mdpl dan membawa rombongan, bisa saja akan menghabiskan berhari-hari hanya untuk aktivitas yang melelahkan ini. Aku tidak pernah menyangka jika harus bergelut dengan dataran tinggi ini, lagi. Karena setelah Penanggungan, hampir saja aku telah bersumpah untuk tidak menjajakkan kaki ku di gundukan raksasa ini lagi. Apalagi jika harus membawa rombongan yang entah sudah mempersiapkan apa saja sebelum mendaki, hal itu yang membuatku cemas. "Aku dulu sebelum menjajakkan kakiku ke mahameru, setidaknya perlu latihan dua minggu. Dengan latihan lengan, nafas, dan otot kaki yang ketat." Ucapku sambil menyalakan rokok karena sudah mulai kedinginan. Kemudian Rocky datang dengan menepuk bahuku. "Kau terlalu sombong, aku sudah mempersiapkan ini jauh-jauh hari," balasnya dengan mulutnya yang sudah mulai menyeringai. Tak butuh waktu lama, Carli datang dengan membawa lembaran peta gunung Arj

Begitulah

Dari dulu saya membenci perdebatan lelaki dan wanita, pembahasan ihwal gender adalah suatu hal yang bulshit  menurut saya, karena ini hanya tentang stigma masyarakat saja. Akan tetapi, akhir-akhir ini saya mulai kembali mempertanyakan mengenai hal itu, karena suatu konstruksi sosial biasanya hanya ada karena dua kemungkinan, jika tidak berdasar pengalaman dari banyak orang yang akhirnya menjadi sebuah kesepakatan sosial, ya berarti dari konstruksi yang sengaja dibangun dengan maksud tertentu. Entah ini masuk dalam pengertian yang mana, karena ini memang murni dari kegelisahan hati saya. Tak ada sangkut pautnya dengan keilmuan manapun. Saya mulai pembahasan dengan hal yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan, mengenai isi kepala lelaki. Tak kalah rumitnya dengan isi hati perempuan, lelaki memiliki segudang rahasia yang hanya dia, Tuhan, dan otaknya yang tahu.  Stigma jika lelaki adalah makhluk kuat yang tidak boleh cengeng, seperti yang di dengungkan oleh mbah Tejo, mungk

Memaafkan

Dulu saat saya masih kecil, saya masih bingung dengan bagaimana sulitnya memaafkan. Hal ini yang membuat saya memandang sebelah mata perihal memaafkan seseorang. Dalam hati saya berkata "apa susahnya memaafkan? Toh , kejadiannya sudah berlalu" Namun seiring berjalannya waktu, ternyata memang ada beberapa kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Mungkin kesalahan seperti anggota keluargamu dilecehkan dan dibunuh, direndahkan di depan khalayak, hingga kesalahan keji lainnya. Dengan membayangkannya saja pasti kita sudah mendidih dibuatnya, apalagi terjadi. Naudzubilla. Oleh karenanya, pada sebuah riwayat ada seorang sahabat yang dijamin masuk surga hanya karena sebelum tidurnya, ia selalu memaafkan orang-orang yang berbuat dzalim kepadanya. Mulanya, dulu saya mendengar riwayat itu disampaikan oleh kiyai saya, hanya manggut-manggut dan mempraktikkannya secara rutin sebelum tidur. Benar, itu saat usia saya masih 16 tahun. Kini setelah hampir 23 tahun saya menghirup oksige