Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

0,5 karat

Kencong, bagaikan setitik berlian di tengah pasir sahara. Nyaris tak terlihat, namun bukan berarti tak ada apalagi tak berharga. Karena sekecil apapun berlian, ia tetaplah berlian yang memiliki nilai jual yang luar biasa. Analogi tersebut sesuai, karena jika dilihat dari segi geografis kecamatan Kencong, sangatlah mustahil bisa bersaing dengan kecamatan-kecamatan yang letak geografisnya dekat dengan hiruk pikuk kota Jember. Meski begitu, bukan berarti Kencong tak memiliki kesempatan untuk mengungguli kecamatan lainnya seperti Ambulu, Bangsal sari, Rambipuji, dan kecamatan besar yang lain. Tak bisa dipungkiri bahwa Kencong terus berprogres mulai dari segi pembangunan infrastruktur atau proyek raksasa yang telah merubah mindset hingga gaya hidup masyarakat kencong. Hal itu bisa dilihat dari banyaknya pusat perbelajaan seperti toko-toko grosir, swalayan, minimarket, sampai mall, itu semua guna memenuhi kebutuhan primer masyarakat, sekunder, atau bahkan tersier . Pembangunan proyek

Random Para Tolol!

        Dunia ini sebenarnya seperti dunia manusia dungu yang menjadi satu, mulai dari yang memiliki jabatan tinggi hingga anak-anak disekolah dasar yang hanya hobi tik-tok an.          Dunia ini hanya tentang persaingan yang tidak bisa di deskripsikan ujungnya. Semua berkompetisi dalam bidang yang mereka anggap krusial, walau sebenarnya itu adalah hal yang receh sih...          Misalkan saja tentang berita-berita click bait yang hanya mengejar viewers saja, tanpa mempertimbangkan aspek faktualitasnya . Banyak media elektronik yang hanya mengutamakan viewers tanpa melihat value nya, sehingga berita - berita yang dibahas menjadi tidak berkualitas.           Seperti yang terjadi baru-baru ini viral mengenai "anak angkat Bensu, minum susu sarwendah tiga kali sehari" . Jelas, judul seperti itu lebih laris dibanding berita-berita yang berjudul membosankan dan klasik seperti "kebakaran gudang korek api" atau sejenisnya.           Disinilah letak ke-ironi-annya, med

Baru Keluar Goa

        "Ahoy umat manusia!" Saya adalah seseorang yang baru saja keluar dari goa karena bertapa selama 50 tahun dalam rangka pembersihan dosa. Saya membawa misi untuk mengajarkan apa yang bisa kalian lakukan dalam rangka peleburan dosa.         Saya ingin menuntun kalian, para insan untuk menjadi sejatinya insan, hingga kalian menyadari apa yang dimaksud seorang insan yang sebenarnya           Mungkin kalian sekarang masih dalam belantara kesesatan yang nyata, namun saya disini berperan sebagai lentera yang menerangi setiap jiwa-jiwa yang mungkar.    Sayapun berjalan hingga menemukan sebuah desa yang dibalut dalam keramaian.    Tentu saja saya langsung melontarkan fatwah          "Wahai penduduk desa! Marilah kita sama² bermunajat kepada hyang widji, janganlah kalian terlena pada sesuatu yang fana dan sementara, sejatinya hidup adalah kembali kepadanya, bukan terlena atas setiap cobaan yang diberikan olehnya"             *Prok! Bogem mentah tiba-tiba menda

Shit!

      "Kriuukkkk!" Bunyi perutku meraung memohon mulut untuk membantu menyuapkan makanan padanya. Entah apa yang merasukiku, tanpa ada yang menyuruh sayapun mencari sumber pengenyagan yang bisa memuaskan perut ini.        Sebenarnya awalan itu tidak ada kaitannya dengan kejadian yang ingin saya tulis ini, namun itu hanyalah secuil curahan hati saya mengenai kondisi yang selalu saya alami di pagi hari. Hahaha.....                   Oke kita mulai saja ya...        Ini adalah kisah seorang insan, anak manusia yang menapaki jejak kehidupan, ia lahir kedunia dari keluarga yang tidak miskin, kurang kaya, tapi sederhana. Ia piawai dalam beberapa hal, bisa dibilang multi talent, k atanya...         Mulai dari mencaci, menghina, menggurui, dan menghakimi orang lain itulah keahlian diri ini H aha.... Mungkin memang terkesan jelek, namun sebenarnya tidaklah demikian. Karena sejujurnya diri ini jauh lebih buruk dari pada itu H ahaha .... Buruk, bahkan saya merasa seakan-akan semua