Langsung ke konten utama

Memaafkan

Dulu saat saya masih kecil, saya masih bingung dengan bagaimana sulitnya memaafkan. Hal ini yang membuat saya memandang sebelah mata perihal memaafkan seseorang. Dalam hati saya berkata "apa susahnya memaafkan? Toh, kejadiannya sudah berlalu"

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata memang ada beberapa kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Mungkin kesalahan seperti anggota keluargamu dilecehkan dan dibunuh, direndahkan di depan khalayak, hingga kesalahan keji lainnya. Dengan membayangkannya saja pasti kita sudah mendidih dibuatnya, apalagi terjadi. Naudzubilla.

Oleh karenanya, pada sebuah riwayat ada seorang sahabat yang dijamin masuk surga hanya karena sebelum tidurnya, ia selalu memaafkan orang-orang yang berbuat dzalim kepadanya.

Mulanya, dulu saya mendengar riwayat itu disampaikan oleh kiyai saya, hanya manggut-manggut dan mempraktikkannya secara rutin sebelum tidur. Benar, itu saat usia saya masih 16 tahun.

Kini setelah hampir 23 tahun saya menghirup oksigen yang diberikan secara cuma-cuma ini oleh Gusti Allah, saya mulai meninggalkan dan secara tidak sadar melupakan rutinitas saya sebelum tidur itu. Bahkan sekelas momen idul fitri yang notabenenya, masyarakat Indonesia wajar untuk maaf-memaafkan, saya masih ragu apakah bisa selegowo itu dengan kesalahan-kesalahan beberapa orang.

Entah hati ini yang sudah terlalu keras hingga sulit memaafkan atau memang memaafkan adalah prahara luar biasa yang belum saya mengerti dahulu.

Jika dipikir memang memaafkan adalah tentang kebijaksanaan dari hati yang lapang dan murni, oleh karenanya sifat pemaaf masuk ke dalam salah satu sifatNya yang paling istimewa.

Bayangkan, berapa banyak Gusti Allah memaafkan kesalahan-kesalahan hambanya, bahkan sekelas orang yang dahulu ingin membunuh Rasulullah, berkat maaf dan kesempatan kedua, telah merubah sosok Umar menjadi pembela Islam ditakuti, bahkan suara sendalnya membuat para setan gemetar.

Memaafkan memang perkara agung, oleh karenanya hal ini juga yang dianugerahkan oleh gusti Allah kepada para kekasihNya. Bahkan kekasihNya yang paling mulia juga memiliki gelar pemaaf yang luar biasa, hingga Rasulullah tak pernah membiarkan darahnya menetes diatas tanah saat perang, yang nanti akan menjadi petaka bagi para musuh-musunya. Atau saat Jibril menawarkan agar mereka yang menghina, meludahi hingga menghantam Rasulullah dengan kotoran agar diuruk dengan gunung, namun beliau tetap memaafkan mereka dan optimis hidayah akan datang.

Bayangkan jika Rasulullah berdoa seperti nabi Luth yang berakhir kaumnya lenyap dalam tanah atau seperti nabi Musa yang menenggelamkan sang raja mesir karena kecongkaannya mengaku sebagai Tuhan. Alih-alih berdoa yang mencelakakan musuhnya, beliau memilih pergi dan mengalah dengan menghimbau sahabatnya juga untuk berhijrah.

Bahkan hingga akhir hayatnya, hingga optimis itu sudah mulai pudar. Beliau merendahkan diri dan memohonkan ampunan untuk seluruh umatnya yang saat hingga sepeninggalnya kelak, dimaafkan oleh gusti Allah SWT.

Begitu besar kekuatan dan power dari memaafkan, maka tidak heran jika ganjaran orang yang suka memaafkan adalah surga.

Sepertinya saya sudah terlalu jauh membahas tentang keresahan saya kali ini. Pokoknya begitu dah!

Komentar