Pada zaman modern seperti sekarang ini, tidak mungkin rasanya jika kita tidak mengenal komputer, whatsapp,facebook,blackberry mesenger (BBM), telegram, tweeter, dan media sosial lainnya. Dan tentu saja kita adalah salah satu pengguna dari platform-platform tersebut.
Namun, pernahkan anda sempat berpikir, siapa yang memiliki konsep atau ide awal untul menciptakan sosial media (sosmed) seperti sekarang ini, hingga bos facebook Mark Zuckerberg pun, dapat meraup keuntungan jutaan rupiah perdetiknya dari perusahaan facebook miliknya tersebut.
Tentu sangat luar biasa bukan? Orang-orang yang berkecimpung di bisnis software memang kebanyakan memiliki penghasilan jutaan rupiah permenit hingga perdetiknya, karena selama platform atau software mereka diunduh dan digunakan, selama itu juga mereka mendapatkan uang, meskipun sambil rebahan.
Saat membahas platform dari software-software ternama pasti yang terbesit dibenak kita adalah Bill Gates, Mark Zuckerberg, atau bahkan menteri pendidikan kesayangan kita sang bos Gojek Nadiem Makariem. Akan tetapi, dibalik kesuksesan mereka, ada jasa seorang Ilmuwan Muslim disitu, yang sumbangsihnya sangat besar bahkan diakui oleh bos facebook itu sendiri.
Ia adalah Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī atau yang kita kenal sebagai Al-Khawarizmi, ia adalah seorang ilmuan dalam bidang matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Lahir sekitar tahun 780 M di Khwārizm (sekarang Khiva, Uzbekistan). Hampir sepanjang hidupnya, Ia berdedikasi kepada pendidikan yaitu dengan cara menjadi dosen di sekolah kehormatan Baghdad.
Pada tahun 832, di bawah kekhalifahan Al – Ma’mun. Al Khawarizmi menjadi anggota dari Bayt Al Hikma (Rumah Kebijakan), semacam akademi ilmuan yang didirikan di Baghdad, oleh Khalifah Harun Al – Rasyid. Demi kemajuan dan kepentingan peradaban kekhalifahan Al – Ma’mun, di masa kepemerintahannya memberikan izin dan perlindungan besar terhadap penyelidikan karya. Oleh karena itu kekhalifahan Al – Ma’mun memberikan fasilitas kepada Al Khawarizmi, hingga Al Khawarizmi berhasil menyusun karya risalah astronomi dan Aljabar, yang di dedikasikan untuk kepemerintahannya Harun Al – Rasyid.
Karya terbesar Al Khawarizmi ialah matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi. Karya di bidang matematika yang paling terkenal ialah di cabang Aljabar dan trigonometri. Pendekatan logika dan sistematis yang digunakan beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan yang tepat di disiplin ilmu Aljabar. nama yang diambil dari nama salah satu bukunya pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala atau: "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”.
Di dalam kitab tersebut diberikan penyelesaian persamaan linear dan kuadrat dengan menyederhanakan persamaan diantaranya dibawah berikut : (disini b dan c adalah bilangan bulat positif.
• kuadrat sama dengan akar (ax2 = bx)
• kuadrat sama dengan bilangan konstanta (ax2 = c)
• akar sama dengan konstanta (bx = c)
Dengan aljabar, Khawarizmi menciptakan dan meletakkan dasar pada ilmu matematika modern. Beliau berhasil menguraikan sebagian masalah rumit seperti hukum waris dan meletakkan pokok dan kaidah yang menjadikannya sebagai ilmu tersendiri dari ilmu arsitek dan pada ilmu matematika.
Selain aljabar, karya terbesar dari Al – Khawarizmi itu ada di bidang geografi. Yang dimana beliau melakukan sistemasi dan koreksi terhadap teori dari data Ptolemeus, dan hasilnya dituangkan ke bukunya yang bernama Al-Ard (Pemandangan Bumi) yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar dunia, dengan buku tersebut Khawarizmi dapat mengukur panjang Laut Mediterania dan lokasi kota – kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya menggunakan teori Ptolemeus.
Dengan pengetahuan tersebut, Al Khawarizmi kemudian dipercaya oleh khalifah Harun Al – Rasyid untuk mengkepalai proyek pembuatan peta dunia dan berpartisipasi dengan 70 ahli geografi lainnya. Kemudian hasilnya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, sehingga menimbulkan dampak yang hebat bagi kemajuan ilmu matematika dasar di Eropa.
Lantas, masihkah anda malu dengan identitas muslim anda?
Komentar
Posting Komentar