Langsung ke konten utama

Madura

          Madura adalah sebuah pulau kecil yang terletak di barat daya pulau Jawa bagian timur. Pulau yang masih masuk dalam wilayah provinsi Jawa Timur ini memang memiliki sejumlah keunikan, mulai dari gaya hidup hingga kebudayaan masyarakatnya.
.
           Bukan rahasia lagi, jika masyarakat Madura adalah masyarakat yang taat beragama (Islam), hingga memunculkan pendapat "se nakal-nakalnya anak Madura, pasti bisa mengaji (Al-Quran)".
.
           Hal ini tidaklah salah, karena memang sedari kecil anak-anak yang ada di pulau maupun luar pulau (suku madura) Madura sendiri selalu diberikan pembelajaran mengaji. Mulai dari iqro' (kitab latian mengaji) hingga kepada Al-Quran dan kitab-kitab karangan ulama besar lainnya.
.
           Tentu saja hal ini tidak bisa terlepas dari sifat tawadhu' (patuh) kepada sang guru (kiyai), karena masyarakat Madura sangat mempercayai sistem barokah, yang apabila mereka patuh dan sering mendoakan sang guru, maka barokah ilmu lah yang mereka dapatkan dan membuat ilmu mereka menjadi bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain. Percaya atau tidak, itu memang benar terbukti. Dari survey yang saya lakukan sendiri, belum pernah saya temukan masyarakat madura, entah di dalam maupun luar pulau Madura yang tidak bisa mengaji. ~Marvelous
.
           Berteman dengan orang Madura memanglah asik, karena memang mereka memiliki rasa loyalitas dan solidaritas yang tinggi. Untuk masyarakat Madura (yang masih muda), mereka membenci perhitungan apalagi soal finansial (keugangan). Mereka tidak akan keberatan jika untuk mentraktir makanan & minuman kita, karena mereka berpikir ikatan pertemanan terlalu berharga untuk diusik dengan perkara keuangan.
.
           Kepolosan mereka dan sifat yang cenderung humoris membuat mereka asik saat diajak ngobrol. Memang sih, untuk orang awam yang baru bertemu dengan orang Madura tok-tok (Suku Madura Asli), akan sulit untuk beradaptasi dengan guyonan mereka yang terkadang kita tidak mengerti karena mereka sering mencampur bahasa mereka (Madura dengan bahasa lain).
.
            Tapi, dibalik sifat humoris dan kepolosan mereka, menyimpan secuil sisi gelap masyarakay madura yang akan membuat pandangan buruk mengenai masyarakat madura. Mereka memang polos, asik, dan suka melawak. namun, saat mereka digores hatinya, maka dapat memicu pertumpahan darah.
.
            Entahlah, masyarakat Madura sangat sensitif jika menyangkut masalah Harga diri, mereka tidak keberatan saat guyonan-guyonan, selama tidak menjatuhkan harga dirinya, maka tidak akan ada masalah.
.
           Namun, jika hati tergores dan harga diri telah jatuh, maka hanya satu solusinya "maju carok, mon lakek kake cong!" (Ayo carok, jika jantan kamu bro!).
          Dengan celurit yang siap menebas kepala lawannya, carok adalah sebuah tradisi masyarakat Madura guna menyelesaikan masalah yang menyangkut harga diri (perkara perempuan, tanah, dan lain-lain).
.
           Mereka memiliki semboyan "agguen poteh tolang, tembeng poteh mata!" yang artinya Lebih baik putih tulang (mati), dari pada putih mata (menanggung malu). Mereka tidak akan memperdulikan nyawa lawan dan dirinya sendiri, karena mereka sungguh menjunjung tinggi harga dirinya, mereka sangat menghargai harga diri dan martabatnya.
.
           Hal inilah yang membuat masyarakat (luar Madura) menilai bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat yang berwatak keras dan kaku, layaknya orang Medan. Selain karena tradisi carok ini, logat yang kaku dan intonasi yang agak keras saat berbicara juga membuat masyarakat (luar Madura) semakin yakin, bahwa masyarakat Madura memang berwatak keras.
.
          Selain itu, suku Madura juga memiliki keunikan lain yang (mungkin) tidak dimiliki oleh suku-suku lain di Indonesia. Mereka sangat kental akan fenomena Feminisme-Patriatrki.
.
           Sebut saja, wanita suku Madura yang giat bekerja dan tidak mau menggantungkan dirinya dengan suami, mereka tidak keberaan bekerja keras seperti merumput untuk memberi makan sapi mereka, bekerja di warung, dan di sawah untuk mendapatkan penghasilan mereka sendiri. Akan tetapi yang membuat saya salut adalah kaum wanita yang meskipun notabene-nya sudah bisa berdikari (berdiri dengan kakinya sendiri), itu tidak lantas membuat mereka menjadi angkuh dan tidak hormat kepada suaminya, mereka tetap menjalankan kewajiban mereka sebagai seorang istri dan ibu yang baik.
~widih... Salut-salut

Komentar