Diantara teman – teman yang kuliah di kedokteran? Atau cita – citanya mau kuliah di kedokteran, semoga diterima ya aamiin. Memang menjadi seorang dokter atau orang-orang yang berkecimpung di dunia kesehatan memang seolah identik dengan orang cerdas, bersih, mapan, dan pastinya rupawan. Tapi, dunia kesehatan atau kali ini kita sebut dengan kedokteran ternyata tidak hanya berkutat pada ke glamouran luarnya saja, karena ada peran kemanusiaan, dan usaha yang cukup keras dibalik itu semua. Apalagi di massa pandemi seperti sekarang ini, yang berada di garda terdepan dalam menjaga NKRI bukan lagi TNI dan Polri, melainkan dokter. Tapi dalam segi kesehatan tentunya ya, hehe
Berbicara tentang kedokteran pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya Ibnu Sina atau orang barat biasa "Avicenna" lahir pada tahun 370 H/ 980 M di Afsana, sebuah desa di dekat Kota Bukhara (sekarang disebut Uzbekistan). Ayahnya Ibnu Sina bernama Abdullah, yang bekerja sebagai pegawai petinggi pada masa Dinasti Samaniah, dan sedangkan ibunya bernama Setareh. Sejak masa kecil, Ibnu Sina berasal dari keluarga yang bermadzhab Ismailiyah, jadi sudah terbiasa dan akrab dengan pembahasan Ilmiah terutama yang sering dijelaskan oleh ayahnya.
Kecerdasan dari Ibnu Sina semakin hari semakin meningkat, sehingga salah satu guru dari ayahnya menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam dunia kerja apapun itu bentuk pekerjaannya, selain belajar dan menimba ilmu.
Ibnu Sina memulai profesinya di bidang kedokteran dimulai ketika menginjak di usianya ke 17 tahun. Yang dimana Ibnu Sina berhasil menyembuhkan Nuh bin Mansur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Banyak Tabib dan ahli yang hidup di masa itu banyak yang angkat tangan karena tidak berhasil menyembuhkan penyakit sang raja. Akibat peristiwa itu nama Ibnu Sina melambung tinggi.
Sebagai penghargaan dari sang raja, Ibnu Sina ditawari untuk menetap di istana, paling tidak untuk sementara waktu hingga sang raja benar – benar pulih total dari penyakitnya. Tetapi Ibnu Sina menolak tawaran tersebut dengan halus, sebagai gantinya Ibnu Sina meminta izin untuk mengunjungi perpustakaan kuno dan antik yang ada di kerajaannya. Namun siapa sangka disana ilmu nya semakin luas dan bertambah.
Di usianya yang ke 18 tahun beliau sudah mendapatkan gelar sebagai fisikawan, dan beliau telah menguasai berbagai disiplin ilu, seperti, kedokteran, fisika, geometri, astronomi, metafisika dan filosofi dan matematika dengan berbagai cabangnya.
Ketika hidup di dalam istana dan hidup tenang serta mudah mendapatkan buku yang dibutuhkannya, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan mulai menulis kitab Al Qanun dalam ilmu kedokteran, dan menulis ensiklopedia filsafatnya yang bernama kitab As – Syifa.
Di dalam kitab Al - Qanun, ia menjelaskan dan menggambarkan bahwa anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan darisana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Selain itu Ibnu Sina menuliskan dengan jumlah jutaan item tentang obat – obatan beserta teknik – teknik penyembuhan secara sistematis, dan ini juga kelak akan sebagai rujukan para calon dokter selama tujuh abad lamanya.
Ia juga orang yang pertama kali merumuskan bahwa, kesehatan fisik dan kesehatan jiwa itu saling berkaitan satu sama lain. Lebih khusus lagi, ia memperkenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama Pathology dan Farma, yang menjadi bagian sangat penting dari ilmu kedokteran.
Kitab karya Ibnu Sina yang bernama As – Syifa ini tak kalah dahsyatnya dengan kitab Al – Qanun, di dalamnya ia menuliskan tentang teknik pengobatan sekaligus dengan obatnya. Kitab ini di dunia kedokteran sudah menjadi semacam kamusnya dunia kedokteran. Dalam bahasan latin, kitab ini di kenal dengan nama 'Sanatio'.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Walaupun raga beliau sudah tiada ditempat, tetapi karya – karya dan sumbangsih besarnya terhadap bidang kedokteran khususnya masih kekal abadi hingga sekarang. Nah jadi tak berlebihan jika beliau mendapatkan gelar “Bapak Kedokteran Modern”.
Banyak yang menuduh Ibnu Shina kafir pada massa itu, hingga ulama-ulama besar seperti Al-Ghazali pun ikut mencap beliau sebagai kafir karena latar belakang kepercayaannya yang dianggap syiah oleh mayoritas, namun kebenaran mengenai latar belakang Ibnu Shina itu sendiri belum saya ketahui dengan jelas, apakah beliau adalah seorang Muslim Suni ataukah Syiah. Menurut kalian giman lur? Kalau tau komen ya, hehe
Kafir kek, muslim kek yg pntg bermanfaat :)
BalasHapus