Langsung ke konten utama

Postingan

Transformasi Sosial

Postingan terbaru

Bobroknya Negara, Dapat Dilihat Dari Akademisinya

Tiga kata lucu, Pacta Sunt Servanda.. Setelah sekian lama hiyatus dari isu politik Indonesia karena sangat memuakkan, apalagi setelah ramai isu "Siaran Darurat" garuda biru kemarin, saya akhirnya terpaksa melihat youtube lagi karena sedang ramai di media sosial tentang debat panas Rocky Gerung dengan Lawyer (katanya) kondang yang bernama Silfester Matutina. Tentu bukan hal mengejutkan ketika melihat lawan debat Rocky Gerung berakhir dengan emosi, namun ini "beda" daripada biasanya, karena si lawan debat bung Rocky sampai mengumpat bangs*at, b*ajingan, bo*doh, dan sejenisnya. Padahal, keduanya masih ada di acara Live televisi. Keren sekali Usut punya usut, setelah saya lihat ternyata bung Silfester ini emosi karena beberapa kali bung Rocky ini melempar pertanyaan-pertanyaan yang cenderung menyudutkan bung Silfester. Al hasil, pertikaian tidak bisa terhindarkan, hingga sempat adu mulut keduanya.  Puncak emosi bung Silfester adalah saat bung Rocky ini menan

Warisi Apinya, Bukan Abunya!

Pernahkah anda membayangkan apa yang akan terjadi jika siswa kelas 10 SMK dipaksa bercengkrama dengan  bocil kelas 6 SD? Jika menurut tuan dan puan sekalian itu adalah hal aneh, maka anda harus mendengarkan cerita saya. Silahkan rebus mie kuah, siapkan cemilan dan seduh teh hangat, karena cerita ini akan sedikit panjang.  Saya mulai dari Hanin, mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi (Ikom) yang cengeng, banyak omong dan bipolar ini sempat bimbang apakah akan mengikuti agenda pertapaan kemarin atau harus memilih bekerja untuk mendapat tambahan uang saku. Hanin yang bingung akhirnya membuat keputusan untuk meninggalkan angan-angan mendapat uang jajan lebih itu karena harus memilih bertapa bersama kami. Selama proses pertapaan kemarin, saya sempat kaget karena kerudungnya tersingkap hingga membuat rambutnya yang mirip klobot jagung menjadi terlihat, usut punya usut, dirinya memiliki phobia yang cukup unik, karena katanya dia takut dengan rambut hitam yang rontok. Oleh karenanya, dia

Begitulah

Dari dulu saya membenci perdebatan lelaki dan wanita, pembahasan ihwal gender adalah suatu hal yang bulshit  menurut saya, karena ini hanya tentang stigma masyarakat saja. Akan tetapi, akhir-akhir ini saya mulai kembali mempertanyakan mengenai hal itu, karena suatu konstruksi sosial biasanya hanya ada karena dua kemungkinan, jika tidak berdasar pengalaman dari banyak orang yang akhirnya menjadi sebuah kesepakatan sosial, ya berarti dari konstruksi yang sengaja dibangun dengan maksud tertentu. Entah ini masuk dalam pengertian yang mana, karena ini memang murni dari kegelisahan hati saya. Tak ada sangkut pautnya dengan keilmuan manapun. Saya mulai pembahasan dengan hal yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan, mengenai isi kepala lelaki. Tak kalah rumitnya dengan isi hati perempuan, lelaki memiliki segudang rahasia yang hanya dia, Tuhan, dan otaknya yang tahu.  Stigma jika lelaki adalah makhluk kuat yang tidak boleh cengeng, seperti yang di dengungkan oleh mbah Tejo, mungk

Memaafkan

Dulu saat saya masih kecil, saya masih bingung dengan bagaimana sulitnya memaafkan. Hal ini yang membuat saya memandang sebelah mata perihal memaafkan seseorang. Dalam hati saya berkata "apa susahnya memaafkan? Toh , kejadiannya sudah berlalu" Namun seiring berjalannya waktu, ternyata memang ada beberapa kesalahan yang sulit untuk dimaafkan. Mungkin kesalahan seperti anggota keluargamu dilecehkan dan dibunuh, direndahkan di depan khalayak, hingga kesalahan keji lainnya. Dengan membayangkannya saja pasti kita sudah mendidih dibuatnya, apalagi terjadi. Naudzubilla. Oleh karenanya, pada sebuah riwayat ada seorang sahabat yang dijamin masuk surga hanya karena sebelum tidurnya, ia selalu memaafkan orang-orang yang berbuat dzalim kepadanya. Mulanya, dulu saya mendengar riwayat itu disampaikan oleh kiyai saya, hanya manggut-manggut dan mempraktikkannya secara rutin sebelum tidur. Benar, itu saat usia saya masih 16 tahun. Kini setelah 23 tahun, saya menghirup oksigen yang

Bom Waktu KUHP Baru Dalam Wajah Diktatoriat Indonesia

Sedih jika melihat fenomena yang terjadi di Indonesia belakangan ini, termasuk mengenai kontroversi disahkannya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) Indonesia. Hal tersebut disinyalir penyebabnya tak lain adalah mengenai pasal-pasal yang menurut banyak pihak "masih bermasalah" hingga berujung penolakan dengan bentuk demonstrasi, namun pihak Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) masih ngotot mengesahkan RKUHP tersebut. Hingga puncaknya, pada 6 Desember kemarin Rancangan tersebut resmi menjadi KUHP. Hal yang ingin saya soroti bukanlah mengenai pasal-pasal bermasalah yang ada dalam KUHP tersebut, melainkan mengenai gejala sosial Indonesia yang sudah mulai menunjukan jika demokrasi di negara kita hanyalah angan-angan dan omong kosong belaka. Bagaimana tidak? Menilik kasus omnibus law pada 2020 kemarin saja contohnya, banyak serikat buruh dan mahasiswa diberbagai daerah menolak keras mengenai undang-undang cipta kerja (CIPTAKER OMNIBUS LAW).

Night Change

Memang sudah menjadi kebiasaanku, jika sudah menyukai satu lagu, maka akan aku putar berulang kali, bahkan tanpa jeda dan terus berulang. Mengesalkan, menurut mereka yang tak paham dan bosan mendengar lagu yang ku putar. Tapi biarlah, itu satu-satunya caraku memperbaiki suasana hati yang mungkin sedang kacau. Dari sekian banyak lagu, ada satu lagu yang akhir-akhir ini membuat saya berpikir. Terlepas dari maksud pencipta atau bahkan makna lagu itu sendiri yang mungkin tidak seperti yang saya simpulkan, namun saya tetap tak peduli karena lagu itu memang membuat saya menjadi sadar, mengenai semua masalah yang saya alami beberapa bulan terakhir. Lagu itu adalah lagu yang dipopulerkan oleh One Direction yang berjudul Night Change. Entah kenapa saat saya mendengar lagu ini, seolah lagu ini berusaha untuk menasihati  saya dengan kelembutan nada-nada yang harmoni. Mulai dari judul hingga lirik, membuat saya berpikir jika memang masalah yang kita alami, penyesalan ataupun massa lalu