"Woy cok!" Sapaan yg sangat familiar ditelingaku, dan ketika aku menengok kebelakang, ternyata benar itu si bangsat Jeni.
"Opo ae kon iki se cok! Nyopo mbok yo jeneng, ojok cak! cok! cak! cok! ae cok! Kon gak ngerti duso a cok?! Wooo Jancok i"
"Koen lo yo meso cok! Malah akeh an awkmu meso e su!"
"Wes² ojok toxic ae jen!" "Istighfar unuloh!"
"Nggeh gus... Ajenge teng pundi jenengan gus?"
"Gas gus gas gus matamu iku! Y ate dolen cok. Melok a?"
"Loh yo gaskeun pun gus"
"Koen lo yo meso cok! Malah akeh an awkmu meso e su!"
"Wes² ojok toxic ae jen!" "Istighfar unuloh!"
"Nggeh gus... Ajenge teng pundi jenengan gus?"
"Gas gus gas gus matamu iku! Y ate dolen cok. Melok a?"
"Loh yo gaskeun pun gus"
Kemudian kamipun pergi kesebuah tempat yg sebenarnya itu bukanlah tempat wisata, namun itu adalah tempat dimana aku bisa menenangkan diri. Tapi karena ada sibangsat itu, aku tidak jadi untuk menengangkan diri disitu karena kelakuannya yg selalu menganggu renunganku.
"He.. kon ngelamun opo se cuk? Masalah wedok an a? Ealah cuk...cuk wedok kok di pikir"
"Mbok yo ojok nyerocos sek, rungokno sek baru komeno des!"
"Hehehe iyo² sorry, ojok nesu unulah. Koyok kimcil ae kon iku nesuan."
"Mbok yo ojok nyerocos sek, rungokno sek baru komeno des!"
"Hehehe iyo² sorry, ojok nesu unulah. Koyok kimcil ae kon iku nesuan."
"Ngene lo cok, aku iki tas pedot karo cewekku t....."
"Lah kan.... Jancok! Masalah wedok an wes cok! Ojok wedok an ae seng mbok pikir"
"Sek lah! Rungokno sek congormu iku des! Koen iki biasa medotan wong omong!"
"Lah kan.... Jancok! Masalah wedok an wes cok! Ojok wedok an ae seng mbok pikir"
"Sek lah! Rungokno sek congormu iku des! Koen iki biasa medotan wong omong!"
"Ngene lo... Aku iki akeh masalah... Mangkane aku rene, pengen nenangno pikir. Bayangno ae... Mbahku gak onok umur, pacarku selingkuh, koncoku y mk awakmu tok, salahe kon iki gateli... Mangkane kok cek nelongso e unulo cok urepku iki." Curhatku kepada Jeni
"Yo pancene urip iki ruet ncen lur, kadang iso beautiful kadang yo pait koyok raimu ngene, tapi senajan pait o ngene... Yo tetep kudu mbok lakoni koyok kon nerimo raimu seng gateli" Jeni membalas curhatanku.
*Jancuk arek iki! (Dalam hati)
"Jalani ae wes cuk, urip kan pancen ibarat kali a... Kadang wenakk ngalir ngunu ae, santai. Tapi kadang onok ae taek seng lewat" "yo jalani ae wes.. titik ngersulo, akeh ono sukur, wong gusti Allah iku gk mungkin ngekei cobaan diluar kemampuan hambanya, lak ngunu a cok?"
*Jancuk arek iki! (Dalam hati)
"Jalani ae wes cuk, urip kan pancen ibarat kali a... Kadang wenakk ngalir ngunu ae, santai. Tapi kadang onok ae taek seng lewat" "yo jalani ae wes.. titik ngersulo, akeh ono sukur, wong gusti Allah iku gk mungkin ngekei cobaan diluar kemampuan hambanya, lak ngunu a cok?"
"Omonganmu cok! Ngalah ngalahi mario teguh. Tapi ancen bener se.. oke wes, kesuon yo motivasie. Gak rugi ngejak koen cok"
"Suan suon! Endi rokok e? Mosok mek suon ae, kesuon gak marek i cok!"
"Yo wes ayo budal nang warung, tak bayari."
"Suan suon! Endi rokok e? Mosok mek suon ae, kesuon gak marek i cok!"
"Yo wes ayo budal nang warung, tak bayari."
Di tengah perjalanan kewarung kami berbincang-bincang dan bercanda diatas motor.
"Loh jarene mbahmu gak onok umur cok, kok malah mbok tinggal? Gak tahlilan kon ta?"
"Oh iyo cuk! Yo wes mari nang warung aku tak balek wes"
"Iyo wes tak nang omahmu pisan wes aku, nulung² i pisan."
"Nulungi opo cuk? Mangan?!
"Lah iku ngerti..."
"Juanncooookkkkk......!1!1!1!1!"
"Oh iyo cuk! Yo wes mari nang warung aku tak balek wes"
"Iyo wes tak nang omahmu pisan wes aku, nulung² i pisan."
"Nulungi opo cuk? Mangan?!
"Lah iku ngerti..."
"Juanncooookkkkk......!1!1!1!1!"
*1 BULAN KEMUDIAN
Pagi itu cuacanya cerah, langit biru dan hanya ada sedikit awan. Dan kemudian jeni datang menemui saya.
"He kon sido ta ate merantau?"
"Yo sido cuk... Sumpek aku ndek kene tok, pengen golek suasana baru. Pola yo iso entuk cmewew anyiar"
"Raimu blangsong, bajingan! Taek! Asu! Celeng! Kerek cooookkk!"
"Hahahaha... Guyon-guyon bro... Aku pengen golek suasana baru mek an, ben gak cetek pikiranku koyok koen"
"Jancuk tenan arek iki"
"Walah y ws cuk. Ojok mbahas masalah merantauku, mbahas koen ikilo ate nandi marine... Mosok ate ngene² tok a nasibmu? Yo mosok gak pengen berubah?"
"Yo marine paleng aku yo njajal dagang, lek gak ngunu yo merantau pisan aku"
"Oalah yo wes cuk, sip wes lek ngunu.. lego aku krungu ngunu, brati ws mulai tuek pikiranmu hahahaha...."
"Pancen jancok koen iku"
"He kon sido ta ate merantau?"
"Yo sido cuk... Sumpek aku ndek kene tok, pengen golek suasana baru. Pola yo iso entuk cmewew anyiar"
"Raimu blangsong, bajingan! Taek! Asu! Celeng! Kerek cooookkk!"
"Hahahaha... Guyon-guyon bro... Aku pengen golek suasana baru mek an, ben gak cetek pikiranku koyok koen"
"Jancuk tenan arek iki"
"Walah y ws cuk. Ojok mbahas masalah merantauku, mbahas koen ikilo ate nandi marine... Mosok ate ngene² tok a nasibmu? Yo mosok gak pengen berubah?"
"Yo marine paleng aku yo njajal dagang, lek gak ngunu yo merantau pisan aku"
"Oalah yo wes cuk, sip wes lek ngunu.. lego aku krungu ngunu, brati ws mulai tuek pikiranmu hahahaha...."
"Pancen jancok koen iku"
* 4 Hari Kemudian
"Hey, aku budal kek, dungakno aku!
"Oke... Insya Allah mben lek awakdewe wes ketemu, bakal bedo keadaane wes"
"Oke... Insya Allah mben lek awakdewe wes ketemu, bakal bedo keadaane wes"
*15 Tahun Kemudian
Sfx: "Dor! Dor! Dor! Jangan lari kamu, woy! Kemana dia? Gak tau nih, cepet banget dia ngilangnya"
Setelah hari itu, aku pergi keluar kota dan diterima bekerja dikepolisian kota tersebut, sebagai intel, mata², detektif, pengumpul informasi atau apalah, terserah kalian mengartikannya apa.
Dan kali ini aku diberikan tugas untuk mengungkap kasus peredaran narkoba secara besar² an dinegara ini, dan ini bisa dibilang tugas yang sangat berbahaya karena itu mereka menugaskan agen yg dianggap berpengalaman, karena saya sudah 14 tahun lebih menjadi seorang Mata²/intel dikepolisian.
Mereka berbahaya karena mereka adalah penjahat yg memiliki senjata api dan amunisi yg mencukupi, bahkan mereka seperti sudah profesional menembakkan peluru² itu.
Sebenarnya aku sudah diperbolehkan untuk membatalkan misi ini dan akan di oper kepihak Tentara, namun saya menolak karena memang ini sudah tugas saya dan tidak mungkin saya berhenti dan menyerah ditengah jalan, karena itu bukanlah sikap seorang kesatria.
Setelah hari itu, aku pergi keluar kota dan diterima bekerja dikepolisian kota tersebut, sebagai intel, mata², detektif, pengumpul informasi atau apalah, terserah kalian mengartikannya apa.
Dan kali ini aku diberikan tugas untuk mengungkap kasus peredaran narkoba secara besar² an dinegara ini, dan ini bisa dibilang tugas yang sangat berbahaya karena itu mereka menugaskan agen yg dianggap berpengalaman, karena saya sudah 14 tahun lebih menjadi seorang Mata²/intel dikepolisian.
Mereka berbahaya karena mereka adalah penjahat yg memiliki senjata api dan amunisi yg mencukupi, bahkan mereka seperti sudah profesional menembakkan peluru² itu.
Sebenarnya aku sudah diperbolehkan untuk membatalkan misi ini dan akan di oper kepihak Tentara, namun saya menolak karena memang ini sudah tugas saya dan tidak mungkin saya berhenti dan menyerah ditengah jalan, karena itu bukanlah sikap seorang kesatria.
"Kayaknya mereka gak ada disini, ayo cari ketempat lain!"
Setelah situasi dirasa aman, sayapun segera keluar dari persembunyian. Dan saya juga merasa kecewa karena tidak mendapatkan bukti apa², karena saat saya mengambil gambar mereka, mereka sudah tau.
Lalu saya kekantor dan melaporkan perkembangan kasus saya.
"Lapor ndan! Untuk hari ini saya belum bisa mendapatkan bukti² nya ndan!"
"Hey pras.. udahlah, serahkan saja kasus ini kepada tentara karena ini sudah bukan bidang kita lagi, lihat! Kamu sudah hampir 5kali terbunuh, dan kasus itu juga harus segera diselesaikan karena sangat berbahaya."
"Iya ndan saya mohon maaf, beri saya waktu"
"Oke! Waktumu 1 minggu lagi ya... Kalau kamu gak bisa menyelesaikan tugasmu, kami akan segera melakukan tindakan pembatalan misi dan pengoperan misi kepada pihak tentara"
"Siap ndan!"
"Oke kamu bisa meninggalkan kantor saya"
"Siap ndan!"
"Lapor ndan! Untuk hari ini saya belum bisa mendapatkan bukti² nya ndan!"
"Hey pras.. udahlah, serahkan saja kasus ini kepada tentara karena ini sudah bukan bidang kita lagi, lihat! Kamu sudah hampir 5kali terbunuh, dan kasus itu juga harus segera diselesaikan karena sangat berbahaya."
"Iya ndan saya mohon maaf, beri saya waktu"
"Oke! Waktumu 1 minggu lagi ya... Kalau kamu gak bisa menyelesaikan tugasmu, kami akan segera melakukan tindakan pembatalan misi dan pengoperan misi kepada pihak tentara"
"Siap ndan!"
"Oke kamu bisa meninggalkan kantor saya"
"Siap ndan!"
Saya pun meninggalkan kantor dan mulai melakukan investigasi lagi. Karena waktunya yg singkat ini.
Kemudian saya berpikir keras dan menemukan sebuah ide brilian.
Saya memutuskan untuk menyamar menjadi pelanggan/pecandu narkoba yg ingin membeli narkoba.
Kemudian saya berpikir keras dan menemukan sebuah ide brilian.
Saya memutuskan untuk menyamar menjadi pelanggan/pecandu narkoba yg ingin membeli narkoba.
"Bang lu jualan gituan kan bang?" Sapaku kepada salah satu crew agen narkoba itu.
"Gituan apaan?" Sahutnya dengan mata menengok kekanan dan kekiri.
"Gituan apaan?" Sahutnya dengan mata menengok kekanan dan kekiri.
"Extacy, kokain, heroin, distro, ganja, sabu, dan senejisnya ituloh bang" kataku dengan suara agak keras.
"Ssstttt.... Gila lu ya! Jangan kenceng² anjing!" Balasnya sambil melotot dan menutup mulutku.
"Ssstttt.... Gila lu ya! Jangan kenceng² anjing!" Balasnya sambil melotot dan menutup mulutku.
"Ya makanya lu sih pura² bego!"
"Lu tau darimana?"
"Yah... Gue ditanya... Gue gituloh. Udahlah jangan banyak ngemeng! Cepet mana barangnya?"
*Wah... Dah kacau ni anak, kebanyakan ni keknya... (Dalam hati)
"Lu tau darimana?"
"Yah... Gue ditanya... Gue gituloh. Udahlah jangan banyak ngemeng! Cepet mana barangnya?"
*Wah... Dah kacau ni anak, kebanyakan ni keknya... (Dalam hati)
"Yaudah nih. Sono pergi! Ambil aja kagak usah bayar!"
"Waduhhh kok gitu bang, yaudalah... Makasih ya bang!" . Kemudian sayapun pergi dan pulang kerumah.
"Waduhhh kok gitu bang, yaudalah... Makasih ya bang!" . Kemudian sayapun pergi dan pulang kerumah.
Hari demi hari pun telah berganti, dan akting saya tidak terlalu membuahkan hasil, walau saya sudah akrab kepada beberapa crew. Namun saya masih belum menemukan bukti² yg kuat untuk menjebloskan mereka semua ke Nusa Kambangan, begitupun bosnya. Saya masih belum tau siapa bosnya. Dan ini adalah H-2 sebelum kasus ini dibatalkan.
"Hey bang. Siapa sih boslu? Kok kalian semua ini udah kayak geng mafia kayak di film² Italia gitu. Pakek senjata, jual narkoba, dan gak ada polisi yg tau" tanyaku dengan penuh harap mendapatkan jawaban.
"Lo kok kepo sih! Dahlah jangan tanya kek gituan"
"Ayolah... Masa sama temen sendiri main rahasia² an"
"Dih! Ni anak.... Gue gak bisa kasih tau lo siapa bos gue, tapi yg jelas kenapa polisi gk berani nangkep kita, karena kita bersenjata, dulu pernah ada yg mau ngulik informasi ke kita, dan dia ketauan lalu hampir aja dia ketangkep. Padahal kalo ketangkep pasti bakal disiksa tuh intel!"
"Disiksa gimana bang?"
"Ya paling juga dicepotin kukunya satu² di iris² bagian tubuhnya, pokonya disiksa sampek mati deh... Hahahaha..."
"Kejam banget sih kalian!" Dengan nada membentak.
"Lo kok belain polisi itu sih? Jangan bilang lo polisi!"
"Becanda doang bang ya kali polisi make narkoba"
"Hmmm... Iya juga ya, mana ada polisi goblok kayak lu... Hahaha..."
"Fuck you!"
"Lo kok kepo sih! Dahlah jangan tanya kek gituan"
"Ayolah... Masa sama temen sendiri main rahasia² an"
"Dih! Ni anak.... Gue gak bisa kasih tau lo siapa bos gue, tapi yg jelas kenapa polisi gk berani nangkep kita, karena kita bersenjata, dulu pernah ada yg mau ngulik informasi ke kita, dan dia ketauan lalu hampir aja dia ketangkep. Padahal kalo ketangkep pasti bakal disiksa tuh intel!"
"Disiksa gimana bang?"
"Ya paling juga dicepotin kukunya satu² di iris² bagian tubuhnya, pokonya disiksa sampek mati deh... Hahahaha..."
"Kejam banget sih kalian!" Dengan nada membentak.
"Lo kok belain polisi itu sih? Jangan bilang lo polisi!"
"Becanda doang bang ya kali polisi make narkoba"
"Hmmm... Iya juga ya, mana ada polisi goblok kayak lu... Hahaha..."
"Fuck you!"
*Keesokan harinya
Hari ini adalah hari terakhir misiku. Dan aku sudah mendapatkan semua bukti, dan merekam setiap percakapan, juga menyadap semua percakapan mereka dengan bos mereka.
Walau saya belum tau siapa bos mereka, namun saya sudah mengetahui keberadaannya.
Saya menghubungi semua rekan terbaik dan bala bantuan dari personil tentara. Semua siap untuk menggrebek mereka semua.
Walau saya belum tau siapa bos mereka, namun saya sudah mengetahui keberadaannya.
Saya menghubungi semua rekan terbaik dan bala bantuan dari personil tentara. Semua siap untuk menggrebek mereka semua.
*Sfx : brokk! Jangan bergerak! Jangan bergerak!
"Brengsek! Dia ternyata intel, anjing!"
"Ayo cepat ringkus mereka!"
Tiba-tiba
"Ayo cepat ringkus mereka!"
Tiba-tiba
Dor! Dor! Dor! "Aaarrggghhhhh....!"
"Jalil !"
"Cepat berlindung! Mereka bersenjata!"
"Jalil !"
"Cepat berlindung! Mereka bersenjata!"
Hahahaha.... Ternyata kau yg menjadi lawanku pras....
Saya sangat terkejur karena dia tau nama saya. Dan ternyata dia adalah....
Saya sangat terkejur karena dia tau nama saya. Dan ternyata dia adalah....
"Jeni !"
"Hahah dasar bangsat!" Dor! Dor! Dor!
Argh! *Lengan dan kedua kakiku terkena peluru.
"Bagaimana orang selemah dirimu melawanku! Kau saja mudah delemahkan oleh wanita, kenapa kau yakin bisa mengalahkanku" dia berbicara sambil menodongkan pistol kearah kepala ku.
"Hahah dasar bangsat!" Dor! Dor! Dor!
Argh! *Lengan dan kedua kakiku terkena peluru.
"Bagaimana orang selemah dirimu melawanku! Kau saja mudah delemahkan oleh wanita, kenapa kau yakin bisa mengalahkanku" dia berbicara sambil menodongkan pistol kearah kepala ku.
"Hmmm...."
"Kenapa kau tersenyum?!"
"Karena aku ada dijalan yg benar kawan!"
"Kenapa kau tersenyum?!"
"Karena aku ada dijalan yg benar kawan!"
Sfx : bruok! Cepat ringkus dia, borgol dia. Dan medis, cepat urus luka kapten Prasetyo.
"Bajingan!" Dengan nada kesal si Jeni melontarkan kata itu kearahku.
*Keesokan Harinya
Hari ini adalah hari pengeksekusian Jeni dan komplotannya. Dan aku diberikan tugas sebagai algojo pengeksekusi Jeni sebelum nantinya aku diangkat sebagai Komandan.
Pada awalnya saya menolak, namun akhirnya saya bersedia karena ternyata itu adalah permintaan terakhir dari Jeni sendiri katanya.
Pada awalnya saya menolak, namun akhirnya saya bersedia karena ternyata itu adalah permintaan terakhir dari Jeni sendiri katanya.
Sesampainya disana, mereka semua sudah siap untuk di eksekusi, dan semua senjata juga sudah tersedia, dan ini merupakan hukuman mati terbesar sepanjang sejarah, karena melibatkan banyak eksekutor dan pihak yg di eksekusi.
Mereka ditutup matanya, kecuali si Jeni, karena itu bagian dari permintaannya. Dia ingin dirinya di eksekusi dengan mata terbuka dan di awal waktu, sebelum para anak buahnya yg di eksekusi, dan dia meminta agar semua anak buahnya melihat hukuman matinya.
Semua senjata sudah siap, dan seperti yg Jeni minta, akulah yg menjadi eksekutor untuk dirinya. Aku dan tim eksekutor yg lainpun bersiap membidik, dan siap untuk menembak.
"Haha... Seperti yg aku katakan dulu, kita akan bertemu dalam keadaan yg berbeda" 藍 "dan sepertinya inilah akhir dari seorang Jeni, yg mati terbunuh oleh sahabatnya sendiri karena kebodohannya dia sendiri.. hahahaha... Dasar kau ba......."
Dia terus mengoceh, tertawa namun sambil meneteskan air mata. Lalu kemudian...
"Tembak!"
Bles! Bles! Dor! Bles!
Seperti yg aku duga, pistolkulah yg berisi peluru. Dan aku melepaskan tembakan sambil bercucuran air mata.
"Dulu aku yg suka memotong perkataanmu, mungkin ini adalah dendammu karena aku sering memotong perkataanmu, sekarang giliran kau yg memotong perkataanku"
Tangisku semakin deras mendengar ocehannya yg semakin melemah. Dan anggotaku bersedia untuk menembak sekali lagi karena Jeni belum juga mati, namun aku melarangnya dan membiarkan dia mengoceh.
"Heheh.... Pancen jancok kon iku peppepepprraaasssss........"
Kemudian lemaslah leher yg meyangga kepalanya, dan berhentilah gerakan diperutnya yg menandakan dia sudah tidak lagi bernafas
"boosss! Tidak boss!"
Pecahlah tangisan dari semua anak buahnya dan saya. Yg kemudian disusul dengan desingan peluru yg mengoyak dan mencabik-cabik semua nyawa anak buah Jeni itu.
Kasih spasi cur tiap paragraf, Ben g nyampur
BalasHapusWs kang, tapi pas dishare malah ngunu :'3
Hapus