Langsung ke konten utama

Si Pembunuh Tuhan

        Agama adalah sistem tertinggi dalam tatanan dunia dan akhirat. Mereka yg beriman pasti akan menyetujui semua ketentuan dan tatanan yg ada di dalamnya, sekalipun ada beberapa poin yg tidak masuk akal.
.
        Dan doktrin dari agama seolah telah membutaka rasionalitas pemikiran manusia sehingga menimbulkan aliran baru, yaitu fanatisme kepada agama.
.
         Dan tentu saja fenomena itu juga menimbulkan perlawanan dari beberapa kaum yg merasa bahwa berpikir rasional itu penting, dan akhirnya mereka menentang paham fanatisme, mereka menyatakan diri sebagai kaum Moderat, kaum yg berada di tengah² namun mereka terjebak dalam jurang kesesatan Liberalis, hingga mereka meragukan agama mereka, dan Tuhan sebagai Sang Pencipta Alam Semesta ini dan berubah menjadi seorang Atheis.
.
          Adapun kaum yg tidak mau ambil pusing, mereka adalah kaum ke-3, mereka tidak mau jadi seorang yg berpaham fanatisme karena mereka juga mendukung rasionalitas, mereka juga tidak mau menjadi kaum Atheis yg tidak mempercayai adanya tuhan karena takut dengan hukum dosa dalam agama mereka, dan mereka juga tidak mau menjadi kaum Sekuler, karena mereka tidak mau diperbudak oleh Dunia dan melupakan dunia yg ada di akhirat kelak.
.
          Dan aku adalah salah satu dari kaum/golongan ke-3 tersebut. Aku tidak mau terjebak dalam salah satu golongan sebenarnya, bahkan untuk golongan ke-3 ini, aku juga ingin lepas dari belenggu golongan² yg membuat Manusia menjadi makhluk baru yg melakukan bertikai hanya masalah mereka berbeda dalam melakukan dosa dan kebodohan diatas dunia.
.
           Mereka... Maksudku kita! Sebenarnya sama, tak ada yg lebih mulia dan benar, semua kebenaran yg absolut itu hanya milik Tuhan saja. Sedangkan kebenaran manusia hanyalah Kebenaran Relatif. Jadi untuk apa mereka bertikai, toh kita semua sama, hanya saja kita berbeda dalam melakukan dosa. Itu saja!
.
           Namun, tak bisa dipungkiri bahwa aku secara tidak sadar telah masuk dalam golongan ke-3 yg bersikap Apatis kepada semua, yg hanya melakukan apa yg apa diri ini jadikan prioritas.
.
            Golonganku ini sebenarnya sama dengan golongan yg menyatakan sebagai kaum moderat, namun mereka hanya berbeda saja pembelokan jalurnya, jika mereka berbelok ke kiri menjadi seorang yg Sekuler & Atheis, maka golonganku ini adalah golongan yg tersesat berbelok ke kanan menjadi seorang yg Kapitalis, dimana itu jauh lebih buruk dari pada golongan² yg lain. Hanya saja golonganku ini tidak menampakkan kebusukan²nya saja.
.
.
           Semua berawal saat aku hendak melamar pekerjaan disuatu kantor swasta dan hari itu aku akan menemui HRD dan melakukan wawancara.
.
           Layaknya pekerja yg lain, akupun memakai jas dan kemeja terbaikku, rambut klimis, bergaya necis. Bahkan sepatu dan celanaku juga baru beli H-1 sebelum Interview agar menjadi poin lebih untuk bisa diterima dikantor tersebut.
.
             Penampilanku pada saat itu sangatlah sempurna, kemudian saat namaku dipanggil oleh petugas untuk memasuki ruangan HRD, akupun segera masuk diringi dengan doa dan harapan disetiap langkahku.
.
             "Assalamualaikum, permisi buk"
              "Iya silahkan duduk,"
    Sayapun segera duduk sambil mencoba untuk tidak terlihat gugup.
             "Bisa saya lihat CV anda?"
              "Iya ini buk..."
     Ibu HRD mengecek CV saya dengan sesekali melirik saya sebentar dan melanjutkan membaca CV saya.
              "Oke... Coba anda jelaskan apa saja keahlian anda dengan tepat, sesuai dengan apa yg sudah anda tulis disini."
               "Baik buk..." Sambil menghela nafas, kemudian saya menjelaskan apa saja keunggulan dan alasan kenapa saya harus diterima di perusahaan ini.
               "Hmm... Kamu bagus sih cara bicaranya. Dan kemampuan kamu juga lumayan. Tapi mohon maaf, kamu tidak diterima"
               "Loh! Kenapa buk? Jika memang saya sudah bagus kenapa saya tidak diterima?!" Tanyaku dengan nada kesal.
               "Jika kamu tadi tidak mengucapkan salam dari agamamu dari awal masuk, mungkin kamu akan saya terima. Kamu tidak melihat saya tidak pakai kerudung? Itu artinya saya bukan orang islam!"
.
      Kemudian saya meninggalkan kantor tersebut dengan perasaan kesal dan kecewa.
.
*Keesokan Harinya
.
       Saya akhirnya mencoba lagi keperusahaan lain dengan belajar dari pengalaman dan berniat untuk tidak mengulangi kesalahan² saya yg sebelumnya.
                "Selamat pagi buk"
                "Ya... Silahkan masuk"
                "Permisi buk..."
                "Silahkan duduk..."
        Sayapun duduk dan ibu HRD meminta CV saya dan mengeceknya. Seperti biasa, beliau menyuruh saya untuk menjelaskan apasaja keunggulan² saya.
        Dan saya menjelaskan dengan berusaha untuk sempurna.
                "Hmm... Oke, selamat ya..  kamu diterima"
                 "Wahh.. Alhamdulillah... Terima kasih buk"
                "Hmmm...iya sama², kamu muslim?
                "Iya buk... Ibu muslim juga kan?"
       Sambil tersenyum ibu itu berkata "Hmm... Iya......"
                "Hmm iya sudah saya pamit dulu buk... Permisi buk..."
                "Hmm iya... Waalaikumussalam" balasnya dengan nada agak menggoda saya
                 "Hmm... Assalamualaikum buk," jawab saya dengan agak tersipu malu.
                 "Waalaikumussalam.."
.
.
* 2 Minggu Kemudian
.
.
        Karena saya masih tergolong pegawai baru, maka saya sangatlah murah senyum kepada semua orang, bahkan bawahan saya. Karena saya tidak ingin dicap orang yg sombong.
                "Selamat pagi pak..." Sapaku kepada bapak direktur.
                "Pagi jun....hmm... Kamu ini adalah pegawai paling murah senyum ya... Saya suka" puji bapak direktur kepada saya.
          Sontak hal itu membuat kepala saya menjadi besar, hidungku kembang kempis karena pujian bapak direktur.
                 "Hehehe.... Bapak bisa saja..."
           Mungkin karena selalu mendapat pujian dan perhatian lebih dari atasan, dan telah merubah saya menjadi seorang penjilat dan orang yg gila akan jabatan.
           Saya juga berambisi menjadi seorang yg terpandang dengan cara instan dan praktis.
.
            Setelah bekerja saya pulang kerumah untuk istirahat, ditengah perjalanan saya pulang, ternyata sudah memasuki waktunya sholat maghrib. Dengan memakai baju yg saya pakai dikantor tadi saya melaksanakan sholat. Walaupun bercampur dengan keringat, yg terpenting saya sudah menggugurkan kewajiban saya.
.
             "Ayahhh..." Sambut anakku kepadaku.
            "Hey sayang...... Nungguin ayah ya...
           "Duhhh anak ayah makin berat aja yah.." sambil menggendong anakku.
            "Udah sholat mas?" Sapa istriku
            "Udah kok tadi dijalan..."
            "Hmm... Yasudah cepet makan gih mas.. aku udah masak masakan kesukaan mas..."
            "Wah.... Kamu benar² istri idamanku."
            "Hmm.. mas bisa aja kalo disuruh ngegombal" sahut istriku dengan malu.
.
         Kemudian saya makan, setelah itu saya berniat untuk sholat isya' berjamaah bersama keluarga saya.
.
              "Ayo sholat mas... Udah isya' nih." Ajak istriku dengan penuh cinta.
             "Oke... Kamu cepet siap² dah." Balasku kepada ajakan istriku.
.
             "Loh mas... Kok cuma pakek kaos oblong sama kaos sih mas? Gak biasanya, biasanya juga pakek gamis. Gak pakek peci lagi. Ini boro² pakek gamis, pakek peci aja nggak" tanya istriku dengan penuh keheranan.
             "Alah... Ribet buk, enakan juga gini. Toh kan yg penting nutup aurat" sahutku dengan nada kesal.
             "Tapi kan mas... Mas ketemu bosnya kan pakek baju yg bagus, masak mau menghadap ke Allah mas pekek baju seadanya sih."
             "Dah lah dek! Ayo cepet sholat! Aku dah capek nih... Mau istirahat!" Dengan nada agak membentak.
.
        Saya memang merasa sudah berubah menjadi orang yg hampir mendekati sekuler, namun saya bukannya menuhankan akal/rasionalitas. Tapi seperti menuhankan harta dan bos saya. Entahlah sejak kapan saya jadi terjebak dalam jurang kapitalisme ini.
.
.
* 5 Tahun Kemudian
.
.
            Sudah 5 tahun saya bekerja disini, dan saya sudah menjadi Direktur.
            Dan selama 2 tahun terakhir ini jabatan presiden direktur telah diambil alih oleh anak dari bapak Budi selaku pemilik perusahaan. Meskipun dia seorang wanita, namun dia adalah wanita yg tangguh dan bertanggung jawab.
.
            Saya sering memberikan sapaan dan senyuman kepada beliau, namun respon beliau sangatlah berbeda dengan ayah beliau.
                   "Selamat pagi buk..." Sapa saya dengan penuh hormat.
                   "Pagi... Bisa gak sih! Kamu itu biasa aja kalo nyapa, saya ini gak seperti ayah saya yg mudah banget ketipu sama penjilat seperti kamu!" Balasnya dengan sangat sinis.
.
            Tentu saja itu adalah sebuah tamparan keras kepada saya. Dan bukannya sadar, saya justru tersinggung pada saat itu.
                    "Iya buk..." Jawabku dengan perasaan sangat malu.
.
             Jam menunjukan pukul 11:30 dan telah masuk waktu ISHOMA dikantor saya, dan waktu Ishoma berakhir di pukul 13.30 dan saya biasa makan terlebih dahulu, jadi disaat yg lain sholat jamaah, saya pergi ke kantin.
              Baru setelah sudah pukul 13.26 saya pergi kemushola untuk sholat dan kembali ke kantor pukul 13.29
.
22:50
.
              "Aku pulang..."
              "Kok larut banget mas? Kamu udah sholat?" Sambut istriku sambil salim kepadaku.
             "Iya nih, tadi kerjaan numpuk banget buk... Isni udah tidur?"
              "Udah dari tadi mas... Tadi nungguin kamu, sampai ketiduran tuh baru aku pindah kekamar."
               "Kamu udah makan? Udah sholat maghrib kan?" Tanya lagi istriku kepadaku.
               "Gak buk, capek aku. Udahlah... Aku mau lanjut kerja dulu ya... Masih ada kerjaan yg belum kelar nih"
               "Hmmm... Ya udah, aku tunggu buat sholat isya' jamaah ya mas..."
               "Gak usah! Kamu sholat aja dulu. Abis ini aku mau lanjutin kerjaan terus tidur..."
                "Hmmm... Mas. Mas." Jawab istriku dengan nada kecewa.
.
          Namun setelah pekerjaanku telah usai, nyatanya aku tidak bisa tidur dan sayapun bermain game sampai pukul 04.00, dan akhirnya saya tertidur pulas hingga terbangun dipukul 09.00. karena akhir pekan, saya libur dan memanfaatkan waktu libur dengan berlibur bersama keluarga ke tempat² wisata.
            Tentu saja anak dan istriku senang. Namun, ada saat momen saya tidak sholat sementara istri dan anak ku sholat di imami oleh orang asing di tempat wisata itu.
.
.
* 1 Bulan Kemudian
.
             Seperti biasa saya menyapa ibuk presdir dengan senyuman. Kemudian beliau menegur saya lagi.
                  "Kamu saya pecat ya! Saya dah bosen sama tingkah penjilat kayak kamu!"
             Tentu saja itu membuat saya kaget dan heran kenapa beliau berbicara begitu.
                  "Janganlah menuhankan manusia untuk mendapatkan perhatian khusus, satu² nya dzat yg wajib kamu caper i adalah tuhanmu! Bukan aku!" Sambungnya dengan nada marah.
.
           Dan asal kalian tau saja pada waktu itu aku kehilangan semuanya, istri dan anak ku meninggalkanku, aku kehilangan pekerjaan, semua harta dan rumahku ludes terbakar. Mungkin Tuhan sudah muak pada aku, hambanya yg mencoba Moderat namun terjerat dalam benang² setan Kapitalis yg memuak kan.
.
            Di dewasa ini memang semua dunia seolah telah berpindah tempat. Mereka digiring kedalam dunia Liberal dan penuh keasyikan, dunia yg tak nyata yg memudahkan semua urusan mereka. Tak ada yg namanya lama menunggu dan ribet. Semua tergantung pada Budget yg kamu miliki.
.
           Peran tuhan seakan tidak diperlukan dalam masa ini. Semua telah beralih kepada era digital, bahkan mereka berani mendigitalisasian Tuhan.
           Kita memakai baju terbaik saat kita bertemu dengan bos kita, namun kita memakai pakaian seadanya saat menhadap pencipta kita.
.
Hingga seakan "Tuhan Telah mati, dan Kitalah Pembunuhnya. Dan Tuhan Telah Digantikan oleh Tuhan-Tuhan Kecil."
.
.

*Just Story

Komentar