Langsung ke konten utama

Filsafat dasar

Tidak ada pengertian yang pakem mengenai filsafat sebenarnya, karena kata Muhammad Hatta
"kita tidak perlu mengetahui apa itu filsafat untuk brlajar filsafat. Namun kita dapat memaknai sendiri apa itu filsafat setelah kita belajar filsafat."

Karena memang, semakin kita mengenal filsafat maka semakin kita pusing dibuatnya. Karena ada premis yang cukup menarik dari seorang dosen "kamu belum belajar filsafat jika kamu belum bingung".

Sontak pernyataan tersebut membuat saya bertanya-tanya, mengapa bisa demikian? Bukannya tujuan kita belajar itu supaya tidak bingung atau paham ya? Aneh....

Jika ditelisik dari segi bahasa, Filsafat memiliki 2 kata yaitu Filo (cinta) dan Sofi (kebijaksanaan).

Mungkin pernyataan bahwa nama adalah sebuah doa dan sangat pas bila dikaitkan dengan arti filsafat tersebut, karena mungkin dulu penamaan filsafat bertujuan agar semua filsuf maupun orang yang belajar filsafat dapat memiliki rasa cinta dan kebijaksanaan yang tinggi kepada semua persoalan.

Secara teori, dasar filsafat dibagi menjadi tiga :

1. Ontologi (wujud/hakikat) = adalah tentang bagaimana wujud atau objek dari filsafat tersebut.

2. Epistimologi (sumber ilmu pengetahuan) = adalah tentang bagaimana kita dapat mengetahui fungsi dari filsafat ilmu tersebut.

3. Aksiologi (penerapan) = adalah tentang bagaimana penerapan filsafat ilmu itu digunakan.

Misalkan ketiga unsur ini kita analogikan kepada sebuah gelas, kira-kira hasilnya akan seperti ini.
Gelas akan berperan sebagai ontologi (wujud benda), dan proses pemikiran bagaimana kita dapat mengetahui fungsi gelas tersebut adalah Epistimologi (sumber ilmu pengetahuan), dan kita tahu bahwa fungsi gelas itu ternyata sebagai tempat minuman itu adalah aksiologi (penerapan).

Adapun ciri-ciri yang dimiliki filsafat adalah :
1. Radikal (mengakar/tuntas)
    Sudah menjadi hal yang maklum dalam dunia para filsuf, bahwasannya dalam memikirkan suatu masalah mereka harus terus dituntut berpikir secara radikal atau berpikir hingga kedasar-dasarnya atau mengakar.

2. Universal (umum)
    Filsafat harus memiliki paham yang objektif, bukannya subjektif, karena sejatinya filsafat itu haruslah bisa diterima oleh masyarakat luas. Meskipun sebenarnya ada aliran filsafat yang seolah memiliki paham dogmatis, namun kebanyakan itu terletak pada aliran-aliran filsafat kuno seperti filsafat naturalisme.

3. Konseptual (terkonsep)

4. Koheren & Konsisten (tetap dan saling berhubungan)

5. Sistematis (terstruktur)

6. Komperhensif (menyeluruh)

7. Bebas (tidak subjektif atau terikat)

8. Bertanggung jawab (dapat dipertanggung jawabkan)

9. Rasional & logis
    Bukan filsafat namanya jika belum rasional (masuk akal) dan logis (dapat dikonfirmasi oleh panca indra).

.
.
.
.
.
.

Bonus
.
*Pertanyaan Filsafat : Apa yang tidak memiliki awalan, pertengahan, dan akhiran?
.
.
.
Jawab dikomen ya.....

Komentar

  1. Sebelum aku memjawab pertanyaanmu, aku mau sedikit membahas tentang bebas, di situ kita boleh bebas tanpa nilai apa tetap bebas yang memperhitungkan nilai?
    Soalnya negara kita selalu ambigu tentang definisi kebebasan yang sesungguhnya, misalnya koruptor sudah sangat bebas memakan uang rakyat, seharusnya rakyat bebas dong menghukum koruptor? Namun selalu hal itu bertentangan dengan nilai2 HAM yang katanya, tidak boleh sewenang2?

    Klo pertanyaanmu jawabnnya adalah huruf O :v

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu sih kembali ke pribadi masing².
      Kalau saya sendiri saat berpikir kita bisa bebas tanpa memperhitungkan nilai. Jika bertindak kita bebas dengan mempertimbangkan nilai.

      Hapus

Posting Komentar