Manusia diciptakan dengan akal budi yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan akal budi dalam kehidupan sehari-hari yang membedakan manusia dari binatang meskipun diklasifikasikan dalam Ilmu Biologi sebagai satu kingdom yang sama. Tidak heran jika sewaktu-waktu manusia yang dinilai beradab, bisa menjadi amat bengis bahkan bagi binatang sekalipun. Hubungan antar sesama manusia atau manusia dengan alam, bisa menjadi sebuah tolak ukur bagaimana manusia dinilai lebih beradab dari binatang.
Kenyataannya, bangsa yang dianggap paling beradab pun bisa berlaku lebih bar-bar dari bangsa yang dianggap tidak mengenal peradaban karena perlakuannya terhadap lingkungan dan sesama manusia. Misalnya saja era kolonialisme yang juga sebuah era yang dinilai menyebarkan kebudayaan beradab dari Bangsa Eropa nyatanya juga melakukan hal yang amat destruktif kepada bangsa-bangsa jajahannya. Mungkin modernisasi memang perlu bagi beberapa negara, tapi pembunuhan dan perusakan lingkungan tidak bisa dimasukkan begitu saja dalam kategori keberadaban manusia.
Era modern diawali dengan ditemukannya mesin-mesin yang dapat memproduksi sebuah produk dalam skala besar. Produksi dalam skala besar berdampak juga pada semakin banyaknya bahan mentah yang dibutuhkan. Semakin canggih mesin diciptakan, semakin sedikit tenaga kerja yang dibutuhkan. Ketika kerja manusia digantikan mesin, maka akan terjadi pengangguran besar-besaran. Sehingga terjadi kesenjangan antara masyarakat yang memiliki mesin dan masyarakat yang tidak memilikinya, Karl Marx menyebutnya kaum borjuis dan proletar.
Penemuan-penemuan mesin produksi tersebut menjadi fenomena paling spektakuler dari peradaban manusia. Karena dengan penemuan tersebut ketersediaan kebutuhan jadi lebih mudah didapat dan murah harganya. Namun di lain sisi, besarnya skala produksi akan membutuhkan bahan mentah yang juga besar, sehingga mendorong eksploitasi besar-besara. Kebutuhan akan eksploitasi itulah yang menjadi awal mula era kolonialisme.
Datangnya bangsa-bangsa kolonial pada daerah jajahan sekaligus menandai awal datangnya berbagai peperangan dan kompetisi bangsa kolonial untuk menciptakan senjata yang paling efektif di medan perang. Diawali dengan penemuan senapan, meriam, hingga bom. Semakin besar daya hancur senjata tersebut maka semakin disegani pula bangsa yang memilikinya. Maka kompetisi itu terus berlanjut hingga tragedi Nagasaki-Hiroshima ikut mengguncangkan dunia, karena daya ledaknya yang akhirnya membunuh ratusan ribu penduduk Jepang.
Padahal pada awalnya, nuklir diciptakan untuk menjadi sumber energi yang ramah lingkungan karena dinilai lebih sedikit memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan juga bertahan lama. Namun, penyalahgunaaan manusia, teknologi pembangkit energi dijadikan alat pemusnah masal yang telah memporak-porandakan Hiroshima dan Nagasaki. Tak hanya ratusan ribu nyawa yang melayang akibat ledakan tersebut, efek akan sebuah mutasi genetik yang disebabkan oleh radiasi nuklir tersebut juga merusak seluruh potensi hayati di kedua kota tersebut.
Semua kerusakan tersebut bukanlah kesalahan mesin-mesin, atau perkembangan zaman. Karena bagaimanapun mesin adalah alat, yang merupakan benda mati. Sedangkan benda tersebut adalah buah dari pemikiran manusia. Sejatinya, teknologi diciptakan guna membantu dan mempermudah kerja manusia yang bermacam-macam. Mulai dari kebutuhan industri yang kemudian manusia menciptakan alat-alat produksi, senjata perang, hingga perabotan rumah tangga.
Seiring berjalannya waktu, keinginan manusia untuk sesuatu yang instant memaksa pada proses produksi yang harus semakin digenjot untuk mengimbangi nafsunya. Semakin banyak hasil produksi yang terbeli, semakin banyak pula keuntungan yang didapatkan pemilik industri. Atas dasar keuntungan yang entah berapa banyaknya itu menimbulkan rasa iri bagi sebagian orang. Lalu muncullah konflik, bagi orang yang tidak memiliki modal untuk membuat industrinya sendiri. Bagi orang yang memiliki modal maka mereka akan membuat industri serupa sehingga muncul persaingan antar industri tersebut.
Persaingan kadang tidak sesederhana lomba-lomba yang harus sportif, malah seringkali persaingan berdampak meletusnya peperangan. Pembuatan senjata seperti senapan, meriam, hingga bom adalah saksi kebinatangan manusia, karena memang itu dibuat untuk membunuh dan menghancurkan. Senjata telah memperburuk citra perkembangan teknologi yang digadang bisa menciptakan alat-alat yang bermanfaat bagi keberlangsungan lingkungan dan kebaikan manusia, malah berlaku sebaliknya.
Ada pepatah mengatakan jika tidak bisa mengatakan hal yang baik, lebih baik diam. Maka jika tidak bisa menciptakan sesuatu yang baik sebaiknya jangan membuat apapun. Apakah hidup hanya makan, berak dan tidur dinilai lebih binatang daripada merusak alam pelan-pelan dengan dalih perkembangan teknologi?
Manusia hanyalah binatang yang berpikir, namun itu mungkin lebih baik, daripada menjadi iblis perusak bumi yang mampu berpikir.
Komentar
Posting Komentar